MAKALAH GENETICALLY MODIFIED ORGANISM (GMO)
(GOLDEN
RICE)
DISUSUN OLEH :
1.
Setyowati
Reyeki (A.420 090 058)
2.
Vidhy
andika S (A.420 090
060)
3.
Fajar
Dwi Asrini (A.420 090
062)
4.
Renny
Widya K.S (A.420 090 063)
5.
Acnesia
Hery A (A.420 090 064)
6.
Fendy (A.420 080 127)
FAKULTAS KEGURUAN DAN
ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2012
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada saat ini
penggunaan GMO atau Genetically Modified Organism telah
meluas dikarenakan adanya beberapa kelebihan yang didapatkan pada produk ini. GMO yang merupakan hasil rekayasa genetika, tidak dapat disangkal mempunyai beberapa kelebihan. Beberapa produk pertanian yang
merupakan GMO bisa tahan terhadap hama, tahan terhadap
berbagai penyakit, penggunaan pestisida
yang lebih sedikit, mempunyai penampilan yang menarik, mempunyai nutrisi yang lebih banyak jika dibandingkan dengan
produk yang asli, dan lain
sebagainya. Beberapa kelebihan dari GMO
tersebut diklaim dapat mengatasi masalah populasi dan pangan yang dihadapi oleh dunia.
Rekayasa
genetika merupakan salah bentuk kemajuan teknologi paling mutakhir dalam dunia
biologi molekuler. Oleh karena itu, rekayasa genetika memegang peranan penting
dalam merubah susunan genetika makhluk hidup sesuai dengan keperluan manusia di
masa ini. Penerapan rekayasa genetika juga telah memasuki perangkat terpenting
bagi makhluk hidup yakni gen sehingga tumbuhan yang dihasilkan dari rekayasa
genetika ini diharapkan memiliki sifat-sifat yang unggul, yang berbeda dari
tanaman aslinya. Disusul dengan perkembangan bioteknologi sehingga pemuliaan
tanaman merupakan salah satu sektor paling menjanjikan dalam industri
pertanian. Namun, seperti teknologi baru lainnya, keberadaan tanaman hasil
rekayasa genetika mulai menuai kontroversi di masyarakat dunia. Ada pihak yang
mendukung dihasilkannya tanaman hasil rekayasa genetik (sering disebut sebagai
tanaman transgenik), tetapi ada beberapa pihak yang dengan jelas penggunaan
tanaman transgenik ini pada manusia. Hal ini menimbulkan polemik bagi masyarakat
dunia terhadap keberadaan makanan hasil tanaman transgenik yang sudah tersebar
luas di berbagai pasar.
Perbaikan
dan peningkatan kualitas produksi pertanian (intensifikasi) untuk beberapa
tahun yang lalu masih signifi-kan, karena ketersediaan sumber daya alam dan
teknologi pertanian cukup memadai dan berimbang dengan ketersediaan lahan dan
peningkatan jumlah penduduk. Keadaan ini sulit untuk dipertahankan dimasa akan
datang, kecuali ada pendekatan baru yang mena-warkan ide dan teknik untuk
meningkatkan produktifitas pertanian. Penggunaan rekayasa genetika memiliki
potensi untuk menjadi problem solving dari ancaman krisis pangan
tersebut. Dengan segala kekurangannya rekayasa genetik. Dalam makalah ini
kami mencoba membahas mengenai rekayasa genetika, tumbuhan hasil modifikasi
genetik dan polemik yang ditimbulkannya. Pembahasan ini merupakan peninjauan
ulang terhadap berbagai jurnal dan artikel terkait rekayasa genetika dan
pengaruhnya.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas
dirumuskan masalah sebagai berikut :
1.
Apa yang
dimaksud dengan GMO?
2.
Apa saja
kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam GMO?
3.
Apa saja
contoh-contoh hasil dari GMO pertanian?
4.
Apa itu golden rice?
5.
Apa dampak
negatif yang ditimbulkan dari proses GMO pertanian ini?
6.
Bagaimana
solusi untuk mengurangi dampak negatif dari proses GMO
pertanian?
C.
Tujuan
Penulisan
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini yaitu:
1.
Untuk
mengetahui pengertian GMO.
2.
Untuk
mengetahui kegiatan-kegiatan yang dilakukan
dalam GMO pertanian.
3.
Untuk
mengetahui contoh-contoh hasil dari GMO
pertanian.
4.
Apa itu golden rice?
5.
Untuk
mengetahui dampak negatif yang ditimbulkan
dari proses GMO pertanian.
6.
Untuk
mengetahui solusi untuk mengurangi dampak negatif
dari proses GMO pertanian.
D.
Manfaat
Penulisan
Adapun beberapa
manfaat yang dapat kami uraikan dalam penulisan makalah ini yaitu:
1.
Kita dapat
mengetahui pengertian GMO.
2.
Kita dapat
mengetahui kegiatan-kegiatan yang dilakukan
dalam GMO pertanian.
3.
Kita dapat
mengetahui contoh-contoh hasil dari GMO
pertanian.
4.
Apa itu golden rice?
7.
Kita dapat
mengetahui dampak negatif yang ditimbulkan
dari proses GMO pertanian.
5.
Kita dapat
mengetahui solusi untuk mengurangi dampak negatif
dari proses GMO pertanian.
E.
Metode Penulisan
Adapun
metode yang penulis gunakan dalam menyelesaikan makalah ini adalah metode
kepustakaan dan metode diskusi, dimana penulis mencari literatur yang ada
kaitannya dengan GMO pertanian, kemudian kami menyimpulkannya dengan
terstruktur menjadi sebuah makalah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian GMO (Genetically modified organisms)
Selama bumi ini ada, selama itu pulalah manusia akan tetap ada dengan
segala kebutuhan yang dari hari-kehari kian meningkat baik kulitas maupun
kuantitasnya. Meningkatnya kulitas hidup serta nilai-nilai budaya manusia itu
sendiri akan menuntut peningkatan dari kulitas kebutuhannya, sedangkan
pertambahan jumlah populasi manusia akan meningkatkan kuantitas kebutuhan
tersebut. Untuk memenuhi kebutuhan manusia tersebut maka berkembanglah suatu
kemajuan teknologi baru yang memberikan kesempatan kepada manusia untuk menjadi
arsitek kehidupan yaitu GMO. GMO adalah Suatu
jasad yang memiliki sifat baru,
yang sebelumnya tidak dimiliki oleh jenis jasad tersebut, sebagai hasil
penambahan gen yang berasal dari jasad lain. Juga disebut organisme transgenik.
B. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam GMO
pertanian
GMO
pertanian merupakan solusi bioteknologi dibidang pertanian, sejak dari
mempersiapkan bahan sampai dengan pengolahannya menjadi produk siap olah maupun
siap hidang. Dengan batasan ini ada ruang lingkup kegiatan dapat diklaim juga
sebagai bidang GMO pertanian, serta kultur sel tanaman dalam rangka
menghasilkan bibit unggul tanaman.
C. Hasil dari GMO
pertanian
Teknik-teknik GMO pertanian telah dimanfaatkan
terutama untuk memberikan karakter baru pada berbagai jenis tanaman. Penekanan
pemberian karakter tersebut dapat dibagi kedalam beberapa tujuan utama yaitu
peningkatan hasil, kandungan nutrisi, kelestarian lingkungan, dan nilai tambah
tanaman-tanaman tertentu. Sebagai contoh, beberapa tanaman transgenik yang
dikembangkan adalah:
a.
Peningkatan kandungan nutrisi:
Pisang, cabe, raspberries, stroberi, ubi jalar
b.
Peningkatan rasa: tomat dengan
pelunakan yang lebih lama, cabe, buncis, kedelai
c.
Peningkatan kualitas: pisang, cabe,
stroberi dengan tingkat kesegaran dan tekstur yang meningkat
d.
Mengurangi alergen: polong-polongan
dengan kandungan protein allergenik yang lebih rendah
e.
Kandungan bahan berkhasiat obat:
tomat dengan kandungan lycopene yang tinggi (antioksidan untuk mengurangi
kanker), bawang dengan kandungan allicin untuk menurunkan kolesterol, padi
dengan kandungan vitamin A dan besi untuk mengatasi anemia dan kebutaan
f.
Tanaman untuk produksi vaksin dan
obat-obatan untuk mengobati penyakit manusia
g.
Tanaman dengan kandungan nutrisi
yang lebih baik untuk pakan ternak, dan lain-lain
Selain itu,
pemanfaatan GMO pertanian seperti rekayasa genetika juga dapat memudahkan
petani dalam budidaya tanaman. Misalkan dalam pengendalian gulma yaitu dengan
menghasilkan tanaman yang memiliki ketahanan terhadap jenis herbisida tertentu.
Sebagai contoh adalah Roundup Ready yang terdiri dari kedelai, canola dan jagung
yang tahan terhadap herbisida Roundup. Di dunia saat ini telah banyak dilepas
berbagai tanaman transgenik. Sebagai contoh, di Asia yaitu di China pada tahun
2006 saja, telah telah ada sekitar 30 spesies tanaman transgenik, antara lain
padi, jagung, kapas, rapeseed, kentang, kedelai, poplar, tomat (delay ripening
dan ketahanan virus), petunia (warna bunga), paprika (virus resistance), kapas
(ketahanan hama) yang telah dilepas untuk produksi.
Kemajuan dan
penerapan GMO pertanian tidak terlepas dari tanaman pangan. Untuk memenuhi
kebutuhan pangan dunia termasuk kebutuhan nutrisi, kemajuan GMO telah mewarnai
trend produksi pangan dunia. Padi saat ini masih merupakan tanaman pangan utama
dunia. Dengan demikian prioritas utama untuk teknik biologi molekuler dan
transgenik saat ini masih diutamakan pada padi. Selain karena merupakan tanaman
pangan utama, padi memiliki genom dengan ukuran sehingga dapat digunakan
sebagai tanaman model utama. Selain padi tanaman pangan yang telah banyak
mendapat sentuhan GMO adalah kentang. Adapun beberapa contoh dan paparannya
adalah sebagai berikut.
D. Golden Rice
1. Sejarah Golden Rice
Penerapan
bioteknologi pada tanaman padi sebenarnya telah lama dilakukan namun menjadi
sangat terdengar ketika muncul golden rice pada tahun 2001 yang diharapkan dapat membantu jutaan
orang yang mengalami kebutaan dan kematian dikarenakan kekurangan vitamin A dan
besi. Vitamin A sangat penting untuk penglihatan, respon kekebalan, perbaikan
sel, pertumbuhan tulang, reproduksi, hingga penting untuk pertumbuhan embrionik
dan regulasi gen-gen pendewasaan.
Luasan lahan
pertanian yang semakin sempit mengakibatkan produksi perlahan harus
ditingkatkan. Peningkatan ini tidak hanya berupa peningkatan bobot panen namun
juga nutrisi atau nilai tambah. Oleh sebab itu dari suatu luasan yang
sebelumnya hanya menghasilkan karbohidrat diharapkan dapat ditambah dengan
vitamin dan mineral. Hal inilah yang mendorong para peneliti padi mengembangkan
Golden Rice. Pada awalnya penelitian dilakukan untuk meningkatkan kandungan
provitamin A berupa beta karoten, dan saat ini fokus penelitian tetap
dilakukan.
Nama Golden
Rice diberikan karena butiran yang dihasilkan berwarna kuning menyerupai emas.
Rekayasa genetika merupakan metode yang digunakan untuk produksi Golden Rice.
Hal ini disebabkan karena tidak ada plasma nutfah padi yang mampu untuk
mensintesis karotenoid. Pendekatan transgenik dapat dilakukan karena adanya
perkembangan teknologi transformasi dengan Agrobacterium dan ketersediaan
informasi molekuler biosintesis karotenoid yang lengkap pada bakteri dan
tanaman. Dengan adanya informasi tersebut terdapat berbagai pilihan cDNA.
Produksi prototype Golden Rice menggunakan galur padi japonica (Taipe 309),
teknik transformasi menggunakan agrobacterium dan beberapa gen penghasil beta
karoten tanaman daffodil hingga bakteri.
Padi ini
merupakan hasil rekayasa genetika. Ide ini berangkat dari keprihatinan
dijumpainya banyak anak-anak, terutama di Asia dan Afrika, yang menderita
kekurangan vitamin A.
Kekurangan
vitamin A bisa menyebabkan kebutaan dan memperburuk penderita diare, sakit
pernafasan, dan cacar air. Lalu dipikirkan bagaimana memenuhi asupan vitamin A
secara praktis. Maka padi menjadi pilihan utama, karena termasuk makanan pokok
bagi hampir seluruh penduduk dunia.
2. Cara Melakukan Golden Rice
Bagaimana
rekayasa golden rice dilakukan, sehingga bijinya bisa mengandung beta karoten
dan berwarna oranye kekuningan? Beta karoten adalah zat warna oranye
kekuningan, seperti pada tanaman wortel. Ia terbentuk dari bahan dasar
(prekusor) geranyl geranyl diphosphate (GGDP).
Melalui
jalur biosintesa, GGDP akan diubah menjadi phytoene, diteruskan menjadi
lycopene, dan selanjutnya diubah lagi menjadi beta karoten. Secara alami, dalam
biji padi sudah terdapat GGDP, tetapi tidak mampu membentuk beta karoten.
Perubahan dari GGDP menjadi phytoene dilaksanakan oleh enzim phytoene synthase
(PHY) yang disandi oleh gen phy. Selanjutnya, gen crtI mengkode enzim phytoene
desaturase yang bertanggung jawab untuk mengubah phytoene menjadi lycopene. Ada
satu enzim lagi yang diperlukan untuk mengubah lycopene menjadi beta karoten,
yaitu lycopene cyclase (LYC).
Melalui
sejumlah proses, maka gen phy, crtl, dan lyc yang berasal dari tanaman daffodil
(bunga narsis / bakung) disisipkan ke tanaman padi sehingga padi mampu
memproduksi beta karoten berwarna oranye kekuningan, yang kemudian disebut
sebagai golden rice.
3. Kandungan Golden Rice
Provitamin A
berupa beta karoten. Beta karoten merupakan zat warna oranye kekuningan,
seperti pada tanaman wortel. Golden rice mengandung betakarotena dan di dalam
tubuh manusia betakarotena tersebut akan diubah menjadi vitamin-A.Vitamin A
yang ada di dalam beras ini sanggup mengatasi defisiensi atau kekurangan
Vitamin A pada manusia. Golden rice juga mempunyai kandungan karbohidrat
layaknya beras pada umumnya, juga mengandung zat besi (Fe).
4. Manfaat Golden Rice
Manfaat dari pembuatan beras emas (golden rice)
adalah mampu menyediakan rekomendasi harian yang dianjurkan dari vitamin dalam
100-200 gram beras sehingga dengan mengkomsumsi beras emas (golden rice) ini
dapat menyediakan kebutuhan vitamin A dan karbohidrat yang diperlukan oleh
tubuh. Mengatasi kekurangan vitamin A karena mengandung beta karoten tinggi.
5. Kerugian dari Golden Rice
Kekhawatiran
terhadap golden rice dalam hal kesehatan
antara lain karena ada kekhawatiran zat penyebab alergi (alergen) berupa
protein dapat ditransfer ke bahan pangan, terjadi resistensi antibiotik karena
penggunaan marker gene, dan terjadi outcrossing, yaitu tercampurnya benih
konvensional dengan benih hasil rekayasa genetika yang mungkin secara tidak
langsung menimbulkan dampak terhadap keamanan pangan.
Terhadap
lingkungan dan perdagangan, pangan hasil rekayasa genetika (PRG) dikhawatirkan
merusak keanekaragaman hayati, menimbulkan monopoli perdagangan karena yang
memproduksi PRG (dalam hal ini Golden rice) secara komersial adalah perusahaan
multinasional, menimbulkan masalah paten yang mengabaikan masyarakat pemilik
organisme yang digunakan di dalam proses rekayasa, serta pencemaran ekosistem
karena merugikan serangga nontarget misalnya.
E. Beberapa manfaat makanan hasil
modifikasi genetik
Kebutuhan
manusia akan ketersediaan bahan pangan akan meningkat dua kali lipat pada 50
tahun mendatang. Hal ini memerlukan ketersediaan makanan untk menghadapi
tantangan di masa datang dan makanan hasil modifikasi genetik diharapkan dapat
memenuhi permasalahan ini dengan kelebihannya :
a.
Tahan hama.
Kerugian
tanaman akibat serangan hama serangga merupakan hal yang mengejutkan,
kehancuran dihasilkan dengan kerugian keuangan bagi petani dan mati kelaparan
di negara-negara berkembang. Petani biasanya menggunakan berton-ton pestisida
kimia setiap tahunnya tetapi konsumen tidak ingin memakan makanan yang telah
terkena pestisida karena membahayakan kesehatan manusia dan sisa di lahan yang
menggunakan pestida dan pupuk dapat mencemari air dan hal membahayakan bagi
lingkungan. Munculnya makanan hasil modifikasi genetik seperti jagung B.t.,
dapat membantu mengurangi penggunaan pestisida kimia dan mengurangi pengeluaran
akibat dijualnya hasil tanaman ke pasar.
b.
Toleran terhadap herbisida.
Pada
beberapa hasil tanaman, hal yang kurang efisien dalam mencabut rumpur liar,
maka para petani selalu menyemprotkan dengan jumlah banyak herbisida yang
berbeda-beda untuk memusnahkan keberadaan rumput liar, membutuhkan waktu dan
proses-proses yang mahal, bahwa dibutuhkan perlindungan sehingga herbisida
tidak membahayakan hasil tanaman atau lingkungan. Hasil tanaman modifikasi
genetik menjadi resisten pada satu jenis herbisida yang dapat membantu
melindungi lingkungan dari bahaya residu sejumlah herbisida.
c.
Tahan penyakit
Banyak
jenis-jenis virus, jamur dan bakteri yang dapat menyebabkan penyakit pada
tanaman. Para ahli biologi tanaman bekerja menciptakan tanaman-tanaman dengan
rekayasa genetik tahan terhadap penyakit-penyakit ini.
d.
Toleran terhadap dingin
Suhu dingin
yang tidak diharapkan akan membunuh bibit yang sensitif. Suatu gen anti beku
dari ikan air dingin telah diintroduksikan ke dalam tanaman seperti tembakau
dan kentang. Dengan gen anti beku ini, tanaman ini mampu untuk bertahan dalam
temperature dingin yang pada kondisi normal dapat membunuh bibit yang tidak
dimodifikasi.
e.
Toleran kekeringan / toleran
salinitas
Pertumbuhan
populasi dunia dan kelebihan lahan adalah kebutuhan untuk perumahan disamping
produksi makanan, para petani akan butuh untuk menanam hasil tanaman di lokasi
sebelumnya belum digunakan pengolahan tanaman. Pembuatan tanaman yang dapat
bertahan selama periode panjang terhadap kekeraingan atau kadar garam yang
tinggi yang terkandung dalam tanah dan air tanah akan membantu orang untuk
menanam hasil tanaman di lahan yang kurang bersahabat.
f.
Nutrisi
Kekurangan
nutrisi umumnya terjadi di negara-negara dunia ketiga dimana perbaikan pada
hasil tanaman seperti beras adalah bahan makanan utama bagi kehidupan mereka.
Walaupun demikian, beras tidak mengandung sejumlah besar nutrisi yang
dibutuhkan untuk mencegak malnutrisi. Jika beras dapat direkayasa genetik untuk
mengandung vitamin dan mineral tambahan maka kekurangan nutsisi dapat
dihindari.
g.
Farmasi
Obat-obatan
dan vaksin sering menimbulkan pengeluaran dan kadang kala dibutuhkan konsisi
penyimpanan khusus yang tidak tersedia di negara-negara dunia ketiga. Para
peneliti bekerja untuk mengembangkan vaksin yang dapat dimakan pada tomat dan
kentang. Vaksin ini akan lebih mudah untuk dikirim, disimpan dan dikelola
daripada vaksin suntik yang konvensional.
h.
Pengobatan tanaman
Tidak semua
tanaman modifikasi genetik tumbuh sebagai hasil tanaman atau buah. Berlanjutnya
polusi tanah dan air tanah menjadi masalah di seluruh bagian di dunia. Tanaman
seperti pohon poplar yang telah di rekayasa genetik untuk dapat membersihkan
polusi logam berat dari tanah yang telah terkontaminasi.
F. Dampak negatif yang ditimbulkan dari proses bioteknologi pangan
Pemanfaatan
bioteknologi untuk meningkatkan produksi pertanian menimbulkan kecemasan bagi
sementara pihak tentang kesehatan, yang menyangkut keselamatan umum,
perlindungan lingkunga sampai resiko terhadap kesehatan perorangan.
Bioteknologi pertanian memberikan harapan terciptanya suatu isitem pertanian
yang berkelanjutan. Tetapi ada yang berpendapat bahwa bioteknologi dapat
mengakibatkan terciptanya gulma baru maupun hama dan penyakit baru, memasukkan
racun dalam makanan, merusak pendapatan petani, mengganggu sistem pangan dunia,
dan merusak keanekaragaman hayati.
Pentingnya
lingkungan dalam sistem pertanian sering dikaitkan dengan konservasi sumber
daya alam dan sumber daya hayati. Kekhawatiran dari penerapan bioteknologi
pertanian adalah potensi timbulnya organisme baru yang dapat berkembang biak
dengan tidak terkendali sehingga merusak keseimbangan alam. Tanaman transgenik
yang memiliki keunggulan sifat-sifat tertentu dikhawatirkan menjadi “gulma
super” yang berperilaku seperti gulma dan tidak dapat dikendalikan. Selain
menimbulkan dampak agroekosistem, produk pangan transgenik dikhawatirkan
membahayakan bagi kesehatan manusia. Salah satu tanaman transgenik dapat
menimbulkan alergi pada uji laboratorium, yaitu kedelai transgenik yang
mengandung methionine-rich protein dari Brazil.
Ada empat
jenis resiko yang mungkin ditimbulkan oleh produk transgenik yaitu : (1) Efek
akibat gen asing yang diintroduksi ke dalam organisme transgenik, (2) Efek yang
tidak diharapkan dan tidak ditargetkan akibat penyisipan gen secara random dan
interaksi antara gen asing dan gen inang di dalam organisme transgenik, (3)
Efek yang dikaitkan dengan sifat konstruksi gen artifisial yang disisipkan ke
dalam organisme transgenik, dan (4) Efek dari aliran gen, terutama penyebaran
secara horizontal dan sekunder dari gen dan konstruksi gen dari organisme
transgenik ke spesies yang tidak berkerabat.
Resiko di
atas menimbulkan potensi bahaya bagi lingkungan dan manusia sebagai berikut:
(1) Pemindahan DNA transgenik secara horisontal ke mikroorganisme tanah, yang
dapat mempengaruhi ekologi tanah, (2) Kerusakan organisme tanah akibat toksin
dari transgenik yang bersifat pestisida, (3) Gangguan ekologis akibat transfer
transgen kepada kerabat liar tanaman, (4) Kerusakan pada serangga yang menguntungkan
akibat transgenik bersifat pestisida, (5) Timbulnya virus baru, (6)
Meningkatnya resistensi terhadap antibiotik, termasuk dan terutama pada manusia
yang memakan produk transgenik, dan (7) Meningkatnya kecenderungan allergen,
sifat toksik atau menurunnya nilai gizi pada pangan transgenik.
Keamanan
pangan merupakan jaminan bahwa suatu pangan tidak akan menyebabkan bahaya bagi
konsumen, apaila pangan tersebut disiapkan/dimasak dan atau dikonsumsi sesuai
dengan petunjuk dan penggunaan makanan tersebut. Untuk produksi bahan pangan,
jasad hidup yang digunakan haruslah jasad hidup kelompok GRAS (Generally
Recognizes as Safe), yaitu kelompok jasad hidup yang dianggap aman digunakan
sebagai sumber bahan pangan.
Dalam rangka
pengendalian pangan, parameter obyektif sangat diperlukan dalam pembuatan
keputusan. Hal itu adalah kebutuhan terhadap kualitas pangan dan standard
keamanan, pedoman dan rekomendasi. Perdagangan pada pangan organik dan hasil
pertumbuhan pada sektor ini dibatasi oleh ketidakadaan peraturan yang harmonis
diantara partner-partner dagang yang potensial. Pada tahun 1991, masyarakat
Eropa mengadopsi peraturan tentang produksi organik hasil pertanian. Pada tahun
1999, CODEX Alimentarius Commission (CAC) membuat pedoman untuk produksi,
pemrosesan, pelabelan dan pemasaran makanan-makanan yang diproduksi secara
organik. Peraturan-peraturan ini mengatur prinsip-prinsip produksi organik di
lahan, pada tahap persiapan, penyimpanan, transportasi, pelabelan dan
pemasaran. Hal ini tidak secara langsung mencakup hewan ternak tetapi pada
proses pengembangan peraturan untuk produksi hewan ternak secara organik.
Adopsi dari pedoman internasional merupakan langkah yang penting dalam
penyediaan pendekatan yang terpadu untuk mengatur subsektor makanan organik dan
fasilitas bagi perdagangan makanan organik. Pemahanam umum tentang pengertian
dari organik seperti halnya yang ada pada pedoman internasional yang diketahui
memberikan ukuran yang penting terhadap gerakan pemberdayaan perlindungan
konsumen melawan praktek-praktek kecurangan.
G. Solusi untuk mengurangi dampak negatif dari proses bioteknologi pangan
Pengertian
pertanian organik awalnya berkembang dari konsep pertanian akrap lingkungan
yang di perkenalkan oleh Mokichi Okada pada tahun 1935, yang kemudian dikanal
dengan konsep Kyusei Nature Farming (KNF). Konsep ini memiliki lima prinsip,
yaitu : (1) Menghasilkan makanan yang aman dan bergizi; (2) Menguntungkan baik
secara ekonomi maupun spiritual; (3) Mudah dipraktekkan dan mampu langgeng; (4)
Menghormati alam dan menjaga kelestarian lingkungan; dan (5) Menghasilkan
makanan yang cukup untuk manusia dengan populasi yang semakin meningkat.
Pertanian
organik merupakan metode pertanian yang tidak menggunakan pupuk sintetis dan
pestisida. Gambaran ini tidak menyebutkan esensi dari bentuk pertanian, tetapi
pengelolaan pertanian seperti pemupukan tanah dan pengendalian masalah hama
penyakit. Meskipun banyak teknik tunggal yang digunakan pada pertanian organik
digunakan dalam kisaran luas sistem pengelolaan pertanian, yang membedakan
pertanian organik adalah titik tekan dari pengelolaannya. Pada sistem organik
titik tekannya adalah pemeliharaan dan pengembangan secara menyeluruh pada
kesehatan tanah-mikroba-tanaman-hewan (holistic approach) pada pertanian
individual, yang berpengaruh terhadap hasil saat ini dan di masa mendatang.
Penekanan pada pertanian organik adalah pada penggunaan input (termasuk
pengetahuan) dengan cara yang mendorong proses biologis dalam penyediaan unsur
hara tersedia dan ketahanan terhadap serangan organisme pengganggu tanaman.
Pengeloaan secara langsung diarahkan pada pencegahan masalah, dengan
menstimulasi proses-proses yang mendukung dalam penyediaan hara dan
pengendalian hama penyakit.
Departmen
Pertanian Amerika Serikat (1980), menegaskan konsep pertanian organik adalah
sebagai berikut: sistem produksi yang menghindari penggunaan pupuk sintetis,
pertisida, hormon pertumbuhan, dan bahan aditif sintetik makanan ternak. Untuk
hasil yang maksimum, sistem pertanian organik mengandalkan rotasi tanaman, sisa-sisa
tanaman, pupuk kandang, legume, pupuk hijau, sampah-sampah organik, budidaya
mekanis, batuan mineral, dan aspek-aspek pengendalian hama penyakit biologis
untuk memelihara produktivitas tanah untuk menyediakan hara tanaman dan untuk
mengendalikan serangga, gulma dan organisme pengganggu tanaman lainnya.
Menurut CAC
(1999), pertanian organik adalah keseluruhan sistem pengelolaan produksi yang
mendorong dan mengembangkan kesehatan agroekosistem, termasuk keragaman hayati,
siklus biologis dan aktivitas biologis tanah. Hal itu menekankan penggunaan
praktek-praktek pengelolaan yang mengutamakan penggunaan input off-farm yang
memperhitungkan kondisi regional sistem yang disesuaikan secara lokal. Hal ini
merupakan penyempurnaan dengan menggunakan jika memungkinkan agronomik,
biologis, dan metode mekanis yang bertentangan dengan penggunaan bahan-bahan
sintetik untuk memenuhi fungsi-fungsi spesifik dalam sistem.
Sistem
pertanian organik berpijak pada kesuburan tanah sebagai kunci keberhasilan
produksi dengan memperhatikan kemampuan alami dari tanah, tanaman, dan hewan
untuk menghasilkan kualitas yang baik bagi hasil pertanian maupun lingkungan.
Ada tiga kunci yang harus ada pada sistem pertanian organik, yaitu : (1)
merupakan suatu sistem pertanian menyeluruh; (2) membatasi bahan aatau input
noorganik; dan (3) menjaga kelestariaan dan kelangsungan agroekosistem. Prinsip
pertanian organik adalah bersahabat dan selaras dengan lingkungan.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari penjelasan yang telah dipaparkan pada bagian pembahasan, dapat saya
simpulkan bahwa penerapan bioteknologi pangan yang bertujan demi ketahanan
pangan adalah sesuatu yang baik dan berguna untuk kelangsungan kehidupan
manusia dan juga makhluk bumi. Jika ternyata hasil dari proses bioteknologi
pangan tersebut menimbulkan dampak balikan yang justru membahayakan bagi
kesehatan manusia itu sendiri, kita merasa itu adalah salah satu bagian dari cuplikan adegan proses panjang ke
arah penemuan cara untuk menghasilkan ketahanan pangan bagi masyarakat dunia.
Karena kita harus percaya bahwa kesempurnaan adalah milik Tuhan yang maha
segala-galanya dan kita sebagai makhluk ciptaannya harus berusaha minimal untuk
mencapai satu bagian (walaupun kecil) dari kesempurnaan tersebut. Haram
hukumnya bagi kita untuk menghentikan sebuah proses discovery (penemuan)
hanya dengan alasan-alasan yang bahkan jauh lebih tidak ilmiah dari apa yang
kita temukan. Dalam masalah bioteknologi pangan yang justru menimbulkan bahaya
bagi kesehatan, salah satu solusinya adalah pertanian organik. Karena pertanian
organik ini lebih mengutamakan kesuburan tanah sebagai faktor penting
pertumbuhan tanaman.
B.
Rekomendasi
Kesadaran yang perlu ditingkatkan bagi seluruh makhluk bumi adalah
bagaimana menciptakan bumi yang lebih baik dan lebih lestari ke depannya tanpa
meninggalkan aspek kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk itu, dalam
proses peningkatan ketahanan pangan dengan bioteknologi pangan, harus juga
diperhatikan aspek kelestarian SDA dan SDM tersebut. Jangan sampai bioteknologi
pangan justru membuat degradasi kualitas kesehatan masyarakat bumi. Dan juga
penulis merekomendasikan untuk melakukan pertanian organik (sebagai solusi
sementara yang ditemukan oleh para ahli sebelum ditemukan lagi solusi-solusi
baru lainnya), dalam meningkatkan produksi pangan. Penulis yakin bahwa IPTEK
akan terus berkembang dan selalu ke arah kepentingan kemaslahatan dan kebaikan
umat manusia, sehingga kita (termasuk penulis) harus berusaha untuk membuat
penemuan-penemuan baru khususnya di bidang ketahanan pangan ini.
dari kacamata saya, kesimpulan anda berbalik dengan saya. coba cari di google atau youtube tentang hubungan antara monsanto, roundup, dan GMO
BalasHapusdapus nya mana yh
BalasHapus